Wednesday 14 July 2010

Kerja Di Rumah? Pikir Lagi Deh!



OK, sudah baca kan blog saya mengenai asiknya kerja online dari rumah? Itu manisnya... saya mau kasih tau pahitnya nih, hehehe... supaya Anda tahu bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang bisa diraih dengan mudah apabila Anda ingin mendapatkan hasil yang luar biasa. Semua butuh perjuangan dan pengorbanan, ya gak?


Tidak semua orang menganggap masalah dibawah ini sebagai sesuatu yang berat. Tergantung karir apa yang Anda jalani, kepribadian dan keluarga. Tapi kalo sudah tau apa kira-kira yang akan dihadapi, Anda lebih siap menjalaninya. 


Selanjutnya, ini yang saya alami selama bekerja di rumah:


1. Susah memisahkan antara pekerjaan dan rumah

Gimana ga susah? Seperti saat ini saya mengetik diatas tempat tidur sambil menemani suami saya bermain Wii. Jelas aja jadi sulit konsentrasi.. hehe.. Semua yang ada di sekeliling saya menjadi godaan buat saya. Acara TV favorit yang ditayangkan saat waktu kerja, chatting dengan teman, buku novel terbaru, BB, facebook. Atau sebaliknya, saya justru tidak bisa berhenti kerja karena tidak ada yang mengingatkan. Bisa lembur sampai pukul 3 pagi tanpa terasa! Kalo di kantor kan, misalnya, jam 5 sore teng harus pulang kalau ga bisa dimatiin lampu oleh satpam ;p


2. Banyak gangguan

Ya di kantor pun juga banyak gangguan, tapi tidak sepersonal yang saya hadapi di rumah. Kadangkala saat saya sedang berkonsentrasi penuh di depan komputer, tiba-tiba anak saya, Deco, datang dengan wajah memelas, "Mutti, aku lapar..." Huff.... buyar deh konsentrasi. Tapi mau bagaimana.. Masa ga dikasih makan? hehehe... Belum lagi kalau anak-anak saya mulai ribut karena rebutan mainan *sigh*. Jadi mau tidak mau ya harus terbiasa dengan interupsi-interupsi kecil semacam itu. 


3. Terisolasi

Ini yang biasanya dikhawatirkan banyak orang dengan bekerja full-time di rumah. Tidak ada teman ngobrol. Walaupun saya tidak sendirian di rumah, tapi tetap saja butuh teman bicara yang seumuran. Berbicara seharian setiap hari dengan anak kecil bisa membuat beberapa orang frustrasi.


4. Pingin ngemil terus

Setiap kali ingin masuk ke ruang kerja saya pasti harus melewati kulkas di dapur. Di dalamnya penuh dengan makanan kesukaan saya yang kebanyakan, ehm, kurang sehat. Karena mengatur jadwal sendiri, saya pasti punya banyak waktu untuk istirahat. Berhubung anak-anak saya dalam masa pertumbuhan, ngemilnya juga banyak. Beruntung saya diberkahi oleh Tuhan sistem metabolisme yang tinggi hehehe... walaupun makannya banyak tapi tetap ceking ;p Hanya saja dengan makan sembarangan tubuh saya jadi kurang fit dan berenergi. Sepertinya saya harus mengganti cemilan saya dengan yang lebih sehat....

5. Kuantitas waktu vs. waktu berkualitas dengan keluarga

Anak-anak saya tau saya di rumah, tapi mereka sering lupa bahwa ibunya tidak bisa setiap saat diajak bermain. Saya bekerja disaat mereka beristirahat siang dan malam. Tapi sering kali anak-anak saya tidak bisa tidur dan mendatangi saya hanya untuk memamerkan gambar yang baru ia buat tadi atau keberhasilannya menyatukan kepingan puzzle. Walaupun saya bersyukur bahwa saya bisa menyaksikan kejeniusan kecil anak-anak saya setiap saat, tapi hal ini seringkali membuyarkan konsentrasi dan fokus dalam bekerja.


6. Tidak ada pengakuan dari masyarakat

Saya adah bos bagi diri sendiri. Tidak ada yang memotivasi, menegur, memuji. Bagi yang terbiasa berkompetisi dengan rekan kerja, kerja di rumah bisa menyebabkan power syndrome. Juga, masyarakat masih menghubungkan identitas diri dengan pekerjaan. Ada rasa bangga ketika orang bertanya, apa pekerjaanmu. 'Saya seorang notaris,' atau 'Saya fashion editor di majalah A,' dan lain sebagainya. Tapi tidak sedikit orang yang memandang sebelah mata ketika jawabannya "hanya": 'Saya ibu rumah tangga'.


Memang semua tergantung pribadi masing-masing. Bagi yang merasa alasan-alasan diatas sebagai sesuatu yang besar, lebih baik pikir-pikir dulu deh untuk berhenti bekerja dari perusahaan Anda. Kerja di rumah itu tidak gampang. Dibutuhkan niat, disiplin dan motivasi tinggi. 

Tapi kalau saya menganggap bahwa semua pekerjaan ada resikonya bahkan walau "hanya" bekerja di rumah. Masalah sering terganggu dengan rengekan anak tidak saya jadikan beban. Saya berusaha memberi pengertian bahwa saya harus bekerja supaya mereka bisa sekolah, beli mainan baru atau makanan kesukaan mereka. Dan alhamdulillah saya diberkati dengan memiliki anak-anak yang cerdas dan pengertian. 

Juga ketakutan saya akan kesepian karena bekerja sendiri ternyata tidak beralasan. Saya tetap bisa chatting lewat FB, YM, BBM, dll. Seminggu sekali saya menyempatkan diri berkumpul dengan keluarga besar saya dan juga sebulan sekali biasanya saya hang out bersama sahabat-sahabat wanita saya. Semua alasan-alasan diatas malah membuat saya terpacu untuk bisa mengatur jadwal sendiri agar karir dan kehidupan sosial saya seimbang. 

Saya bangga ketika menyebut diri saya seorang ibu rumah tangga dan bekerja di rumah (apalagi kalo gajinya bisa melebihi yang kerja kantoran, hehehe...). Apapun yang Anda lakukan saat ini adalah pilihan hidup Anda. Saya yakin Anda akan melakukan yang terbaik untuk diri Anda dan keluarga. Semua pekerjaan ada resikonya, bukan? Entah bekerja di kantor atau rumah
, be happy with your choice!

Ada yang mau komentar?


-ilustrasi : TPG Images-

No comments: